Balasan Bagi yang Tidak Meyakini Pertemuan dengan Allah
Hidup di dunia memang sementara. Tetapi, kesementaraan ini menjadi parameter bagi kehidupan akhirat setelah kematian berlangsung. Akankah mendapatkan kebahagiaan sejati? Ataukah justru terjerumus dalam siksa yang perih, pedih, dan amat menyakitkan?
Akhirat adalah salah satu bentuk Mahaadilnya Allah Ta’ala. Dia akan memberikan balasan sebagaimana amal yang dilakukan seorang hamba. Kebaikan, ibadah, iman, takwa, taat; akan berbalas surga dengan seluruh kenikmatan di dalamnya. Sedangkan keburukan, maksiat, kafir, munafik, ingkar; hanya berhak menempati tempat terburuk di dasar neraka, lengkap dengan segala jenis siksa dan hidangannya.
Meyakini akhirat, sejatinya tak susah-susah amat. Tentunya, atas pertolongan Allah Ta’ala. Sebab, semua nash terkait hal itu amatlah pasti sebagaimana termaktub dalam al-Qur’an dan sunnah Nabi. Salah satu di antaranya, sebagaimana diriwayatkan oleh Imam at-Tirmidzi, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam menyebutkan balasan bagi satu golongan yang tidak meyakini pertemuan dengan Allah Ta’ala untuk mempertanggungjawabkan amal perbuatannya semasa di dunia.
Kepada hamba ini di Hari Kiamat kelak, Allah Ta’ala berfirman, “Bukankah Aku telah menjadikan pendengaran, penglihatan, harta, dan anak bagimu?”
Firman-Nya lagi, “Bukankah Aku juga telah menundukkan hewan ternak dan sawah ladang untukkmu?”
“Bukankah,” lanjut Allah Ta’ala, “kamu Kubiarkan mempimpin dan mengambil seperempat (harta rampasan perang)?”
Pungkas Allah Ta’ala berfirman, “Adakah dahulu kamu mengira akan bertemu dengan-Ku hari ini?”
“Tidak,” jawan si hamba lugas.
“Pada hari ini, kamu Kulupakan sebagaimana dahulu kamu melupakan-Ku,” firman Allah Ta’ala mengakhiri. Imam at-Tirmidzi menilai hadits ini shahih dengan nomor 2428.
Manusia memang makhluk yang paling sering ingkar, padahal memiliki akal dan berpeluang menjadi mulia dengan iman dan takwa. Pasalnya, manusia lebih sering mengikuti bujuk rayu setan dan bisikan hawa nafsunya.
Sebagian mereka gila harta dengan memburunya, bagaimana pun caranya asal kaya dan terkenal sebagai dermawan. Padahal, pada setiap receh yang terkumpul terdapat pertanggungjawaban di dalamnya.
Lantaran gila harta itu pula, kebanyakan mereka melupkan Allah Ta’ala. Mereka berpikir, hidup ini abadi, dan akhirat itu semu. Alhasil, saat diberikan peringatan akan pertemuan dengan Allah Ta’ala, mereka pun mengingkari dengan kesombongan yang memuncak.
Maka hanya orang-orang yang benar imannyalah yang meyakini pertemuan dengan Allah Ta’ala dan bersiap diri untuk menghadap dengan kondisi terbaik. Semoga, kita menjadi bagian golongan ini. Aamiin. (eramuslim)
Komentar Terbaru