Islamnya Raja Najasyi: Kisah Kebaikan dan Keberanian dalam Sejarah Islam
Raja Najasyi (nama asli: Ashama ibn Abjar) adalah salah satu tokoh penting dalam sejarah awal Islam yang mungkin kurang dikenal dibandingkan dengan para sahabat atau khalifah besar. Namun, pengaruhnya dalam sejarah Islam sangatlah besar, khususnya dalam kaitannya dengan perlindungan yang diberikan kepada umat Islam yang pertama kali hijrah ke Abessinia (sekarang Ethiopia). Islamnya Raja Najasyi menjadi simbol dari keberanian dan kebesaran hati dalam menerima kebenaran, meskipun dalam posisi yang sangat sulit. Dalam artikel ini, kita akan mengulas lebih dalam tentang kisah Islamnya Raja Najasyi, yang juga dikenal sebagai Negus.
1. Latar Belakang Sejarah Raja Najasyi
Raja Najasyi memerintah di Aksum, kerajaan yang terletak di wilayah Ethiopia modern, pada abad ke-7 Masehi. Nama Ashama ibn Abjar adalah nama asli Raja Najasyi. Kerajaan Aksum dikenal sebagai salah satu kerajaan besar yang memiliki pengaruh yang luas di wilayah Afrika Timur dan Laut Merah. Pada masa pemerintahannya, Aksum juga dikenal karena hubungan dagangnya yang kuat dengan negara-negara seperti Romawi, India, dan Persia.
Raja Najasyi dikenal sebagai penguasa yang bijaksana, berperasaan lembut, dan sangat adil dalam memimpin rakyatnya. Keberpihakannya terhadap kaum tertindas dan ketidakadilan membuatnya sangat dihormati, bahkan oleh musuh-musuhnya.
2. Keputusan Bijak Raja Najasyi: Menyambut Umat Islam yang Hijrah ke Abessinia
Kisah Islamnya Raja Najasyi bermula saat Nabi Muhammad SAW dan para sahabat menghadapi penindasan yang sangat berat di Mekah. Penindasan ini dilakukan oleh pemimpin Quraisy yang tidak menerima ajaran Islam dan terus-menerus menyiksa umat Islam yang baru memeluk agama tersebut. Dalam kondisi seperti ini, beberapa sahabat Nabi SAW memutuskan untuk hijrah ke luar Mekah demi menyelamatkan agama dan hidup mereka.
Pada tahun 615 Masehi, Nabi Muhammad SAW menyarankan kepada para sahabatnya untuk pergi ke Abessinia, sebuah kerajaan yang dipimpin oleh Raja Najasyi, yang dikenal oleh orang-orang Arab sebagai seorang penguasa yang adil dan bijaksana. Raja Najasyi tidak hanya terkenal karena kebaikannya, tetapi juga karena dia adalah seorang Kristen yang taat. Namun, meskipun demikian, dia memiliki prinsip keadilan yang tinggi dan rasa kasih sayang terhadap orang-orang yang teraniaya.
3. Islamnya Raja Najasyi: Kebaikan Hati dan Keberanian dalam Menerima Kebenaran
Umat Islam yang hijrah ke Abessinia terdiri dari sekitar 80 orang sahabat, termasuk tokoh-tokoh besar seperti Umm Salama dan Ja’far ibn Abi Talib. Mereka disambut dengan hangat oleh Raja Najasyi yang memberikan perlindungan dan keamanan kepada mereka. Raja Najasyi mendengarkan penjelasan dari para sahabat Nabi Muhammad SAW mengenai ajaran Islam, dan ia kemudian memutuskan untuk menyelidiki lebih lanjut tentang ajaran tersebut.
Menurut riwayat yang disebutkan dalam beberapa sumber klasik, ketika para sahabat menceritakan ajaran Islam kepada Raja Najasyi, mereka membacakan ayat-ayat Al-Qur’an yang menyentuh hati. Salah satunya adalah surah Maryam yang menceritakan kisah kelahiran Nabi Isa (Yesus) dan ibunya, Maryam. Ayat-ayat ini sangat berkesan bagi Raja Najasyi, yang kemudian mengungkapkan bahwa ajaran yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW adalah benar dan sesuai dengan ajaran yang diterimanya dalam agama Kristen.
Dalam sebuah riwayat yang terkenal, setelah mendengarkan pembacaan Al-Qur’an, Raja Najasyi berkata:
“Sesungguhnya apa yang kalian katakan ini, dan apa yang dibawa oleh Nabi kalian, adalah seperti yang dibawa oleh Isa (Yesus) alaihissalam.”
(Hadis riwayat al-Bukhari)
Raja Najasyi juga memutuskan untuk memeluk Islam secara diam-diam, meskipun ia tidak mengumumkan keislamannya kepada rakyatnya. Keputusannya untuk menerima kebenaran Islam, meskipun ia adalah seorang Kristen, menunjukkan kedalaman kebijaksanaannya dan komitmennya terhadap keadilan. Dalam hal ini, Raja Najasyi menunjukkan bahwa penerimaan terhadap kebenaran tidak selalu bergantung pada latar belakang agama, tetapi pada kesadaran hati yang murni.
4. Perlindungan yang Diberikan oleh Raja Najasyi
Raja Najasyi tidak hanya menerima Islam sebagai kebenaran, tetapi juga melindungi umat Islam yang hijrah ke Abessinia dengan sepenuh hati. Ketika utusan dari Quraisy datang untuk meminta agar Raja Najasyi mengusir umat Islam yang melarikan diri ke kerajaannya, Raja Najasyi menanggapi dengan bijaksana. Ia mendengarkan dengan seksama alasan kedua belah pihak dan memutuskan untuk tetap melindungi para sahabat Nabi.
Dalam sebuah peristiwa penting yang tercatat dalam sejarah, Raja Najasyi memutuskan untuk tidak menyerahkan para sahabat kepada utusan Quraisy, meskipun mereka menawarkan hadiah yang besar. Ia memberikan perlindungan kepada mereka dan menolak untuk mengkhianati prinsip-prinsip keadilan yang diyakininya.
5. Kematian Raja Najasyi dan Peninggalannya dalam Sejarah Islam
Raja Najasyi meninggal pada tahun 630 Masehi, beberapa tahun setelah peristiwa hijrah dan perlindungan yang ia berikan kepada umat Islam. Ketika kabar kematiannya sampai kepada Nabi Muhammad SAW, beliau merasakan kesedihan yang mendalam. Dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Imam Bukhari, Nabi Muhammad SAW berkata:
“Sesungguhnya seorang saudara kalian, Raja Najasyi, telah meninggal dunia. Marilah kita shalat ghaib untuknya.”
(Hadis riwayat al-Bukhari)
Nabi Muhammad SAW kemudian memimpin salat ghaib (salat yang dilakukan untuk orang yang telah meninggal tetapi tidak hadir) untuk Raja Najasyi, sebagai bentuk penghormatan dan pengakuan terhadap keberanian dan kebaikan hati beliau.
6. Perspektif Modern tentang Islamnya Raja Najasyi
Dalam kajian sejarah Islam modern, Islamnya Raja Najasyi sering dianggap sebagai contoh nyata dari sifat inklusif dan toleran dalam ajaran Islam. Raja Najasyi menunjukkan bahwa Islam adalah agama yang menghargai kebenaran dan keadilan, tanpa memandang perbedaan agama. Ia juga menunjukkan bahwa keberanian dalam menerima kebenaran adalah salah satu nilai utama yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW.
Selain itu, cerita Raja Najasyi juga menggambarkan pentingnya perdamaian antar agama dan penerimaan terhadap perbedaan pandangan. Meski beliau seorang Kristen yang taat, Raja Najasyi tidak ragu untuk menerima ajaran Islam yang dibawa oleh Nabi Muhammad SAW, suatu tindakan yang mencerminkan kedewasaan spiritual yang tinggi. Ini menjadi pelajaran bagi umat Islam dan umat beragama lainnya untuk tidak hanya menghargai keyakinan mereka sendiri, tetapi juga menghormati keyakinan orang lain.
Kesimpulan
Kisah Raja Najasyi dan Islamnya adalah salah satu contoh terbaik dalam sejarah Islam tentang bagaimana penerimaan terhadap kebenaran dapat melampaui batasan-batasan agama dan latar belakang budaya. Raja Najasyi adalah simbol dari keberanian, kebijaksanaan, dan toleransi, serta contoh bagaimana pemimpin yang bijak dapat menerima perubahan dengan hati yang lapang dan tidak terbatas pada posisi atau kedudukan sosial. Sejarah ini tetap menjadi inspirasi bagi umat Islam dan dunia pada umumnya untuk memelihara nilai-nilai kebaikan, keadilan, dan perdamaian antar umat beragama.
Referensi:
- Sahih al-Bukhari – Hadis mengenai salat ghaib untuk Raja Najasyi.
- “In the Footsteps of the Prophet: Lessons from the Life of Muhammad” oleh Tariq Ramadan.
- “The Life of Muhammad” oleh Muhammad Husayn Haykal.
- “The History of the Khalifahs” oleh Jalaluddin al-Suyuti (terjemahan dalam bahasa Inggris).
- “Islamic History: A Very Short Introduction” oleh Adam J. Silverstein.
Komentar Terbaru