Mengapa Setan Berlari Saat Adzan Berkumandang?
Diriwayatkan secara Muttafaq ‘Alaih dari Abu Hurairah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam bersabda bahwa setan melarikan diri ketika adzan shalat berkumandang. Selesai adzan, setan kembali menggoda manusia sampai berkumandangnya iqamah, kemudian kembali mengganggu saat shalat hendak didirikan. Setan kemudian berperan menggoda manusia hingga banyak orang shalat yang lupa telah mendirikan rakaat ke berapa.
Dalam riwayat lain dari Imam Muslim, disebutkan bahwa setan melarikan diri sembari mengeluarkan kentut. Sedangkan dalam Musnad-nya, Imam Ahmad meriwayatkan bahwa setan melarikan diri hingga sampai ke Rauha yang jaraknya sekitar 64 mil dari kota Madinah.
Lantas, mengapa setan berlari sambil mengeluarkan kentut sejauh bilangan 64 mil saat adzan berkumandang?
“Yang menjadi alasan larinya setan,” tutur Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi, “karena mereka tidak mau mendengarkan adzan berkumandang.” Bagi setan, mendengar adzan bukanlah hal yang sederhana. Pasalnya, ketika mendengar seruan kebaikan, maka ia dibebani kewajiban untuk meyakini dan menjalankan kandungan seruan kebaikan tersebut.
“Apalagi,” lanjut Syeikh Ibnu Muflih dalam bukunya Agar Tidak Diperdaya Setan, “setan mengetahui sabda Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam, ‘Setan, jin, dan manusia atau siapa pun yang mendengar adzan, pasti akan mempersaksikannya di Hari Kiamat.’”
Masih dari buku yang sama, Syeikh Ibnu Muflih al-Maqdisi mengemukakan sebuah pendapat bahwa yang menjadi sebab larinya setan saat adzan berkumandang adalah keputusasaan mereka lantaran gagal membisiki manusia untuk tidak mengesakan Allah Ta’ala.
Dari riwayat ini, kita bisa mengetahui bahwa setan akan senantiasa menggoda manusia untuk lupa hingga urung mengumandangkan adzan di masjid-masjid saat waktu shalat tiba. Termasuk di dalamnya, upaya-upaya yang dilakukan oleh sekelompok oknum yang berupaya membatasi kumandang adzan dengan dalih yang dipaksakan.
Sebaliknya, orang-orang beriman akan terus berusaha agar adzan tetap berkumandang, di mana pun mereka menetap. Kemudian menjadi contoh untuk bergegas dirikan shalat, lalu mendakwahkannya sesuai kemampuan terbaiknya.
Bahkan, orang-orang beriman ini menjadi sosok yang pertama kali merasa kehilangan jika suatu ketika tidak mendengar adzan sehingga tertinggal dari mendirikan shalat berjamaah bersama kaum Muslimin di masjid-masjid yang mulia.
Komentar Terbaru