Kisah Orang Bani Israil yang Melakukan Cara Ekstrem Demi Mencari Ridha Allah
Bani Israil dikenal memiliki watak yang susah dikasih tahu atau istilahnya ngeyel dan suka membantah. Akan tetapi enggak semuanya seperti itu kok, ada juga sebagian orang Bani Israil yang gemar berbuat kebajikan dan senantiasa menjaga diri dari perbuatan dosa.
Bahkan demi berlindung dari murka Allah, salah seorang Bani Israil melakukan cara ekstrem seperti memotong anggota badannya sendiri termasuk alat kemaluannya. Lalu seperti apa kisahnya?
Tertulis sepenggal kisah dalam kitab Hilyatul Auliya’ wa Thabaqat al-Asfiya’ karya Abu Na’im al-Asfahani’, ada seorang laki-laki yang tengah bekerja menggunakan cangkul. Secara tak sengaja, ketika bekerja, cangkulnya mengenai tangan ayahnya sampai terluka.
Lantas lelaki itu langsung berkata, “Jangan kawaniku! Siapa yang melakukan ini kepada ayahku?”. Lalu tiba-tiba dia memotong tangannya sendiri. Akhirnya kejadian ini pun terdengar luas di kalangan rakyat Bani Israil.
Sementara itu, dikisahkan seorang putri raja berkeinginan untuk shalat di Baitul Maqdis. Sang raja pun bertanya, “Siapa yang bisa mengantarkan putriku untuk kesana?”, “Si Fulan,” jawab orang-orang di sekitarnya dengan serempak.
Kemudian, raja menyuruh orang untuk memanggilkan Fulan. Ternyata si Fulan menolak perintah raja tersebut. Raja pun tetap bersikeras meminta Fulan untuk menemani putrinya. Tanpa mengiyakan, Fulan malah meminta waktu beberapa hari untuk bisa memenuhi keinginan sang raja.
Orang itu pergi dari hadapan sang raja dan langsung memotong kemaluannya. Setelah organ yang dipotongnya sembuh, ia taruh alat vitalnya itu di sebuah wadah. Dia pun pergi mendatangi raja dengan membawa wadahnya itu dan meletakkan cincin di atasnya.
Saat bertemu dengan raja, ia menitipkan wadah tersebut kepada raja. “Ini aku titipkan kemaluanku padamu raja,” kata laki-laki itu.
Kemaluan yang dititipkan Fulan itu sebagai pertanda bahwa ia menyetujui untuk memenuhi keinginan putri raja ke Baitul Maqdis. Kemudian, raja pun memberikan arahan di mana tempat dan hari apa mereka akan berhenti.
“Berjalanlah kamu bersamanya, berhentilah pada hari demikian dan demikian, berhenti lagi pada hari demikian dan demikian, dan hari demikian dan demikian. Bila engkau sudah sampai di Baitul Maqdis, maka tinggallah (menginap) di sana selama beberapa hari. Jika engkau telah dalam perjalanan pulang, maka berhentilah pada hari demikian dan demikian, serta hari demikian dan demikian,” perintah raja kepada orang Bani Israil itu.
Dengan detailnya, raja menjelaskan kapan dan di mana mereka harus berhenti. Akan tetapi ketika berjalan bersama, putri raja tidak mematuhi perintah sang ayah. Ia berjalan dan berhenti sesuka hatinya.
Dikarenakan si Fulan itu diamanahi untuk senantiasa menjaganya, ia juga tertidur di samping putri raja. Setelah kembali pulang, orang-orang Bani Israil mendapati cerita perjalanan si Fulan dan putri raja itu dan menceritakannya kepada sang raja.
“Si Fulan tidur di sebelah putrimu,” ucap salah seorang diantaranya. Raja pun berkata dengan geram, “Kamu menyalahi perintahku?”. Raja yang baru saja mendengar cerita tersebut langsung berniat untuk membunuh si Fulan.
Belum sempat melancarkan rencananya itu, si Fulan datang meminta barang titipannya itu dikembalikan. Sesaat raja hendak mengembalikan barang tersebut, ia sempat membuka wadah yang dititipkan, ternyata berisi kemaluan Fulan. Raja pun sontak terkaget melihat isinya kemaluan laki-laki.
Kejadian itu pun menyebarluas di kalangan Bani Israil. Tak lama dari situ, seorang Qadhi di antara mereka meninggal dunia lalu mereka langsung mencari penggantinya.
“Siapa yang kita angkat untuk bisa menggantikannya?”, mereka menjawab “Fulan..!” Fulan yang mendengar namanya disebut langsung terkejut. Lagi-lagi, ia enggan mengambil jabatan sebagai hakim itu.
Namun, mereka warga Bani Israil mendesak Fulan untuk menerima jabatan tersebut. Belum sempat mengiyakan, ia meminta waktu untuk memikirkannya.
Sesampainya di rumah, ia mencelakai kedua bola matanya dengan benda tajam sampai penglihatannya buta. Tetapi, dia ternyata tetap diangkat menjadi Qadhi.
Hingga pada suatu malam, ia bermunajat kepada Allah seraya berkata, “Ya Allah, jika yang aku lakukan ini Engkau ridhai, maka tolong kembalikanlah tubuhku menjadi lebih baik dari sebelumnya.”
Mendengar permintaan dari salah satu hamba-Nya itu, Allah mengabulkan doa si Fulan. Dia kembalikan mata, tangan beserta kemaluannya lebih baik. Kedua matanya dianugerahi penglihatan yang sangat indah dari sebelumnya.
Dari sepotong kisah Fulan dari Bani Israil ini bisa ditarik kesimpulan bahwa mari kita jaga pandangan dan kemaluan kita. Jauhi perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan murka Allah. Kita tidak perlu memotong bagian tubuh untuk menaati perintah-Nya, cukup terus mengingat dan bertaubat kepada Allah Subahanahu wa ta’ala serta berbuatlah kebajikan dan hindari larangan-Nya.
Komentar Terbaru